Selasa, 23 September 2014

PEMBELAJARAN HIDUP



Apa yang pernah kau katakan dulu, kini terwujud..
Posisiku telah naik satu anak tangga. Alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah SWT
Namun keberadaanku di tempat ini tetap tak semulus yang diharapkan.
Aku hadir di sebuah tempat yang memberi pengalaman dan pelajaran berharga yang tak ternilai harganya. Disini aku kembali belajar untuk mengendalikan diri dan emosi. Mengelola hati agar sebisa mungkin menjauh dari egoisme hati dan pikiran.
Ditempat ini aku bertemu berbagai individu dengan karakter yang berbeda. Pelajaran psikology gratis dan harus tetap berpositif thinking.

Ditempat aku berdiri kini, aku mendapat kepercayaan penuh untuk memanage 3 hal yang harus tekun dan serius kutangani sebaik dan sebijak mungkin ;
a.       Produk. Ada ratusan bahkan ribuan produk yang harus ditata, dijaga, dan di mantence dengan berkala agar perputaran barang keluar-masuk dapat berjalan lancar dan sesuai target serta harapan perusahaan.
Sangat tidak mudah memegang tanggung jawab yang satu ini, karena saat wewenang itu terlimpah pada-ku, semua serba berantakan. Kerugian besar di depan mata, bukan hanya ratusan ribu tapi jutaan bahkan puluhan juta. Heufhtt.. siapa yang menanggung? Akukah? Sungguh tidak rela bila aku harus menanggung kesalahan yang diperbuat oleh orang lain.
Sepulang kerja aku jadi sering merenung dan berbincang dengan diriku sendiri..
{Mengeluh? Untuk karyawan baru seperti-ku, apa perlu mengeluh? Semudah itukah aku mengeluh? Berpikirlah Nurr..!! kenapa kau ada disini? Karena “Allah selalu menentukan tempat yang terbaik untukku”. Jangan pernah lupa 1 prinsip di hidupmu Nur!! Jadi STOP mengeluh! Bergeraklah! Lakukan apa yang bisa dilakukan.. Slow but sure! Tunjukan kepada mereka bahwa kau mampu dan kau memang layak berada ditempatmu!}

b.      Manusia. Disini kutemui rekan kerja dengan berbagai sifat karakter yang dimiliki. Herannya mereka semua sama dengan karakter yang tak jauh berbeda. Mungkin karena telah lama bersama jadi telah terbentuk watak yang serupa.
Disini terasa kental atmosfer “Senioritas dan Junioritas”. Tak masalah bagiku, karena memang aku anak baru dan banyak yang harus aku pelajari dari mereka semua. Selama mereka positif akan kusambut dengan senyum. Tapi maaf bukan jalanku untuk mengikuti jalur kalian yang menyimpang dari arah yang semestinya.
“Kulihat.. Kudengar.. Kurasa..” prinsip kedua ku yang harus tetap mengalir indah, sejalan di dalam prosedur tempat ku bernaung.. panca indra-ku memiliki sebuah rekaman yang tajam untk melindungi diri-ku dari sesuatu hal yang tak diharapkan kelak.

c.       Uang. Lembaran kertas yang memiliki beragam nilai itu memang menggoda setiap insan. Bagaimana aku bisa mengelola uang itu agar tidak disalah gunakan oleh berbagai pihak termasuk diriku sendiri. Karena lembaran kertas berbagai warna itu mampu membuat manusia saling tuduh dan fitnah. Karena lembaran kertas bernilai itu mampu membuat hati kalaf dan berpikir sempit. Dan karena sedikit atau banyaknya lembaran yang dipermainkan mampu membuat siapapun terjerat dalam hukum.
{ingat Nur.. sekali saja kau terlibat maka kau akan terbelunggu oleh ulahmu sendiri. Jadi jangan pernah mendekati dosa meski ia kasat mata. Karena dimanapun kau bersembunyi, takkan pernah bisa luput dari pandangan-NYA!!}

Keberadaanku disini hanyalah melaksanakan tugas yang diberi oleh Perusahaan tempatku bekerja. Aku harus bisa menjaga amanah dan kepercayaan yang telah diberi. Namun jika kehadiranku ditengah kalian mengancam posisi atau mengusik hidup kalian, itu diluar kehendakku!
Sadarilah, bukan aku yang mengancam, tapi jiwa kalian sendirilah yang merasa terancam.
Bila tangan kalian bersih, kenapa harus disembunyikan dalam saku? Memang apa yang kalian temukan di dalam saku itu? Kenapa harus di simpan di belakang tubuh? Memang ada apa di belakang kalian?

Kenapa harus takut saat saya berhadapan dengan atasan kalian? Tak pernah diri ini menjatuhkan siapapun di antara kalian di hadapan atasan kalian..
Lalu, kenapa kalian merasa terusik?
Jika hidup kalian bersih kenapa harus mengumpat??
Be Profesional!! Pekerjaan adalah pekerjaan!!
Bukan menjadi urusan saya tentang karakter kalian yang tidak baik. Semua itu hanya menjadi catatan kecil bagi saya!
Tapi ingatkah kalian akan satu kalimat yang pernah saya tekankan pada kalian sedari awal??
“saya tidak akan peduli dengan segala yang kalian lakukan meski saya tahu apa yang kalian perbuat di depan atau belakang saya. Saya tutup mata dan telinga atas semua yang terjadi. Tapi ingat satu hal.. jangan pernah sekalipun kalian usik diri saya! Jangan pernah berkata hal lain tentang diri saya yang tak sesuai dengan fakta yang ada! Kemarahan saya dapat teermaafkan, tapi kekecewaan saya mampu merubah diri saya menjadi sosok yang sama sekali tak pernah kalian duga dan harap!!”

Sangat disayangkan, kalian tak mengindahkan kata-kata dan kalimat saya..
Kalian yang memilih untuk membongkar keburukan diri kalian sendiri..
Tanpa kalian, saya tetap bisa berdiri..
Apa yang telah kalian perbuat terhadap diri saya, apa yang telah kalian tuduhkan pada diri saya, segala fitnah dan penilaian buruk tentang diri saya, apakah kalian berpikir itu sebuah kemenangan? Apakah itu cara kalian menyingkirkan saya dari tempat ini?
Tidak! Kalian salah besar!!

Saya bebaskan diri kalian menilai dan memandang saya, tapi dari itu saya kembali belajar memahami perbedaan kasta dan intelektualitas..
Sungguh Allah sangat mencintai diri saya dengan berhadapan langsung dengan individu seperti kalian.


Untukmu yang telah tiada, Aku rindu nasihatmu.. sangat merindu..
Ya aku memang telah naik satu anak tangga, namun hembusan angin tetap kencang terasa.
Saat ini, aku masih marah saat kecewa, masih tidak terima saat pisau fitnahan itu menusuk berkali-kali di belakangku.
Teringat seseorang yang pernah berkata manis padaku “Kesabaran itu memang tak pernah ada batasnya, emosi-lah yang ada batasnya.” Mungkin saat ini aku belum berhasil memanage emosiku yang masih mudah meledak-ledak. Rasanya aku butuh penasihat yang handal untuk dapat berpikir jernih dan mampu mengendalikan amarahku.

Terimakasih kau pernah memberi banyak ilmu-wawasan untuk ku menghalau segala badai yang menerjang.. tanpa-mu mungkin saat inipun aku tak bisa berdiri tegak di tempatku.. mungkin aku sudah tumbang sedari awal.. berluluhkan air mata yang mengkerdilkan jiwa.
Tapi kini, aku telah lebih kua dan tegar. Aku tetap bisa tersenyum, meski aral rintang menyelimuti. Aku tetap yakin dan percaya, Allah selau bersamaku dan akan selalu membimbing hatiku, menuntun langkahku, menggenggam jiwaku kali diri ini merasa lemah tak berdaya.

Semoga kedepan, semua menjadi lebih baik. Amiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar