Apa yang pernah kau
katakan dulu, kini terwujud..
Posisiku telah naik satu
anak tangga. Alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah SWT
Namun keberadaanku di
tempat ini tetap tak semulus yang diharapkan.
Aku hadir di sebuah
tempat yang memberi pengalaman dan pelajaran berharga yang tak ternilai
harganya. Disini aku kembali belajar untuk mengendalikan diri dan emosi. Mengelola
hati agar sebisa mungkin menjauh dari egoisme hati dan pikiran.
Ditempat ini aku
bertemu berbagai individu dengan karakter yang berbeda. Pelajaran psikology
gratis dan harus tetap berpositif thinking.
Ditempat aku berdiri
kini, aku mendapat kepercayaan penuh untuk memanage 3 hal yang harus tekun dan
serius kutangani sebaik dan sebijak mungkin ;
a.
Produk.
Ada ratusan bahkan ribuan produk yang harus ditata, dijaga, dan di mantence
dengan berkala agar perputaran barang keluar-masuk dapat berjalan lancar dan
sesuai target serta harapan perusahaan.
Sangat tidak
mudah memegang tanggung jawab yang satu ini, karena saat wewenang itu terlimpah
pada-ku, semua serba berantakan. Kerugian besar di depan mata, bukan hanya
ratusan ribu tapi jutaan bahkan puluhan juta. Heufhtt.. siapa yang menanggung? Akukah?
Sungguh tidak rela bila aku harus menanggung kesalahan yang diperbuat oleh
orang lain.
Sepulang kerja
aku jadi sering merenung dan berbincang dengan diriku sendiri..
{Mengeluh? Untuk
karyawan baru seperti-ku, apa perlu mengeluh? Semudah itukah aku mengeluh? Berpikirlah
Nurr..!! kenapa kau ada disini? Karena “Allah
selalu menentukan tempat yang terbaik untukku”. Jangan pernah lupa 1
prinsip di hidupmu Nur!! Jadi STOP mengeluh! Bergeraklah! Lakukan apa yang bisa
dilakukan.. Slow but sure! Tunjukan kepada mereka bahwa kau mampu dan kau
memang layak berada ditempatmu!}
b.
Manusia. Disini
kutemui rekan kerja dengan berbagai sifat karakter yang dimiliki. Herannya mereka
semua sama dengan karakter yang tak jauh berbeda. Mungkin karena telah lama
bersama jadi telah terbentuk watak yang serupa.
Disini terasa
kental atmosfer “Senioritas dan Junioritas”. Tak masalah bagiku, karena memang
aku anak baru dan banyak yang harus aku pelajari dari mereka semua. Selama mereka
positif akan kusambut dengan senyum. Tapi maaf bukan jalanku untuk mengikuti
jalur kalian yang menyimpang dari arah yang semestinya.
“Kulihat.. Kudengar.. Kurasa..” prinsip
kedua ku yang harus tetap mengalir indah, sejalan di dalam prosedur tempat ku
bernaung.. panca indra-ku memiliki sebuah rekaman yang tajam untk melindungi
diri-ku dari sesuatu hal yang tak diharapkan kelak.
c.
Uang.
Lembaran kertas yang memiliki beragam nilai itu memang menggoda setiap insan. Bagaimana
aku bisa mengelola uang itu agar tidak disalah gunakan oleh berbagai pihak
termasuk diriku sendiri. Karena lembaran kertas berbagai warna itu mampu
membuat manusia saling tuduh dan fitnah. Karena lembaran kertas bernilai itu
mampu membuat hati kalaf dan berpikir sempit. Dan karena sedikit atau banyaknya
lembaran yang dipermainkan mampu membuat siapapun terjerat dalam hukum.
{ingat Nur..
sekali saja kau terlibat maka kau akan terbelunggu oleh ulahmu sendiri. Jadi jangan
pernah mendekati dosa meski ia kasat mata. Karena dimanapun kau bersembunyi,
takkan pernah bisa luput dari pandangan-NYA!!}
Keberadaanku disini
hanyalah melaksanakan tugas yang diberi oleh Perusahaan tempatku bekerja. Aku harus
bisa menjaga amanah dan kepercayaan yang telah diberi. Namun jika kehadiranku
ditengah kalian mengancam posisi atau mengusik hidup kalian, itu diluar
kehendakku!
Sadarilah, bukan aku
yang mengancam, tapi jiwa kalian sendirilah yang merasa terancam.
Bila tangan kalian
bersih, kenapa harus disembunyikan dalam saku? Memang apa yang kalian temukan
di dalam saku itu? Kenapa harus di simpan di belakang tubuh? Memang ada apa di
belakang kalian?
Kenapa harus takut
saat saya berhadapan dengan atasan kalian? Tak pernah diri ini menjatuhkan
siapapun di antara kalian di hadapan atasan kalian..
Lalu, kenapa kalian
merasa terusik?
Jika hidup kalian
bersih kenapa harus mengumpat??
Be Profesional!! Pekerjaan adalah pekerjaan!!
Bukan menjadi urusan
saya tentang karakter kalian yang tidak baik. Semua itu hanya menjadi catatan
kecil bagi saya!
Tapi ingatkah kalian
akan satu kalimat yang pernah saya tekankan pada kalian sedari awal??
“saya tidak akan peduli dengan segala yang kalian lakukan meski saya
tahu apa yang kalian perbuat di depan atau belakang saya. Saya tutup mata dan
telinga atas semua yang terjadi. Tapi ingat satu hal.. jangan pernah sekalipun
kalian usik diri saya! Jangan pernah berkata hal lain tentang diri saya yang
tak sesuai dengan fakta yang ada! Kemarahan saya dapat teermaafkan, tapi
kekecewaan saya mampu merubah diri saya menjadi sosok yang sama sekali tak
pernah kalian duga dan harap!!”
Sangat disayangkan,
kalian tak mengindahkan kata-kata dan kalimat saya..
Kalian yang memilih
untuk membongkar keburukan diri kalian sendiri..
Tanpa kalian, saya
tetap bisa berdiri..
Apa yang telah kalian
perbuat terhadap diri saya, apa yang telah kalian tuduhkan pada diri saya,
segala fitnah dan penilaian buruk tentang diri saya, apakah kalian berpikir itu
sebuah kemenangan? Apakah itu cara kalian menyingkirkan saya dari tempat ini?
Tidak! Kalian salah
besar!!
Saya bebaskan diri
kalian menilai dan memandang saya, tapi dari itu saya kembali belajar memahami
perbedaan kasta dan intelektualitas..
Sungguh Allah sangat
mencintai diri saya dengan berhadapan langsung dengan individu seperti kalian.
Untukmu yang telah
tiada, Aku rindu nasihatmu.. sangat merindu..
Ya aku memang telah
naik satu anak tangga, namun hembusan angin tetap kencang terasa.
Saat ini, aku masih
marah saat kecewa, masih tidak terima saat pisau fitnahan itu menusuk
berkali-kali di belakangku.
Teringat seseorang
yang pernah berkata manis padaku “Kesabaran itu memang tak pernah ada batasnya,
emosi-lah yang ada batasnya.” Mungkin saat ini aku belum berhasil memanage
emosiku yang masih mudah meledak-ledak. Rasanya aku butuh penasihat yang handal
untuk dapat berpikir jernih dan mampu mengendalikan amarahku.
Terimakasih kau
pernah memberi banyak ilmu-wawasan untuk ku menghalau segala badai yang
menerjang.. tanpa-mu mungkin saat inipun aku tak bisa berdiri tegak di
tempatku.. mungkin aku sudah tumbang sedari awal.. berluluhkan air mata yang
mengkerdilkan jiwa.
Tapi kini, aku telah
lebih kua dan tegar. Aku tetap bisa tersenyum, meski aral rintang menyelimuti. Aku
tetap yakin dan percaya, Allah selau bersamaku dan akan selalu membimbing
hatiku, menuntun langkahku, menggenggam jiwaku kali diri ini merasa lemah tak
berdaya.
Semoga kedepan, semua
menjadi lebih baik. Amiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar